Goresan Misterius di Bali (2)
Tapak Dara Simbol Keseimbangan Alam
Reporter: Gede Suardana
detikcom - Denpasar, Goresan misterius yang telah merambah seluruh wilayah Bali hingga kini belum terungkap. Fenomena ini mendapat tanggapan yang beragam. Ada yang resah, takut namun tak jarang yang memaknainya sebagai peringatan untuk lebih bertaqwa kepada Tuhan.
Wakil Ketua Sabha Walaka Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) I Ketut Wiana mengatakan, simbol "tapak dara" yang terbuat dari kapur sirih adalah salah satu bentuk simbol budaya Hindu di Bali.
Simbol "tapak dara" bersifat sangat lokal tetapi mempunyai makna yang sangat universal. Goresan (+) disebut "tapak dara" karena bentuknya menyerupai tapak bekas kaki burung merpati atau dalam Bahasa Bali di sebut burung dara. Tanda ini disebut Swastika yang digunakan sebagai simbol agama Hindu.
Simbol (+) yang merebak di Bali dinamakan "tapak dara". Simbol itu berarti, untuk tanda vertikal adalah sebagai lambang berbhakti kepada Tuhan sementara tanda menyilang horisontal sebagai wujud pengabdian yang bersifat timbal balik sesama manusia.
Ajaran Hindu menyebutkan, alam beserta isinya berproses dalam tiga tahap, yaitu Srsti, Swastika dan Pralaya. Srsti artinya keadaan alam baru dalam proses tercipta, Swastika artinya proses alam dalam keadaan stabil serba seimbang dan Pralaya artinya alam dalam proses peleburan menuju sumbernya yaitu sang pencipta.
"Munculnya tanda tapak dara sepertinya mengingatkan warga Bali untuk menegakkan kembali makna simbol tersebut dalam kehidupan. Sebab, penggunaannya ini Bali kian pudar. Penggunaannya boleh pudar tetapi kita tidak boleh pudar memaknai nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari," kata Wiana yang juga dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Denpasar.
Pengertian yang telah mentradisi itu yang mendasari umat hindu di Bali menanggapi goresan misterius yang muncul di pura keluarga (merajan) tempat pemujaan di Bali. "Soal misterius atau tidak munculnya tanda tersebut sebaiknya ditanggapi secara positif. Kejadian itu sebagai suatu kenyataan yang sedang terjadi dan tidak mungkin ditolak. terimalah itu sebagai gejala alam," katanya.
"Tapak dara itu adalah lambang keseimbangan. Ini artinya munculnya "tapak dara" di Bali secara misterius sebagai tanda positif untuk meninggatkan kita (warga Bali) agar selalu bersikap seimbang dan meningkatkan ketaqwaan kepada Sang Hyang widhi Wasa (Tuhan) dengan mengucapkan Mantram Gayatri," demikian Wiana.
(jon)
Reporter: Gede Suardana
detikcom - Denpasar, Goresan misterius yang telah merambah seluruh wilayah Bali hingga kini belum terungkap. Fenomena ini mendapat tanggapan yang beragam. Ada yang resah, takut namun tak jarang yang memaknainya sebagai peringatan untuk lebih bertaqwa kepada Tuhan.
Wakil Ketua Sabha Walaka Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) I Ketut Wiana mengatakan, simbol "tapak dara" yang terbuat dari kapur sirih adalah salah satu bentuk simbol budaya Hindu di Bali.
Simbol "tapak dara" bersifat sangat lokal tetapi mempunyai makna yang sangat universal. Goresan (+) disebut "tapak dara" karena bentuknya menyerupai tapak bekas kaki burung merpati atau dalam Bahasa Bali di sebut burung dara. Tanda ini disebut Swastika yang digunakan sebagai simbol agama Hindu.
Simbol (+) yang merebak di Bali dinamakan "tapak dara". Simbol itu berarti, untuk tanda vertikal adalah sebagai lambang berbhakti kepada Tuhan sementara tanda menyilang horisontal sebagai wujud pengabdian yang bersifat timbal balik sesama manusia.
Ajaran Hindu menyebutkan, alam beserta isinya berproses dalam tiga tahap, yaitu Srsti, Swastika dan Pralaya. Srsti artinya keadaan alam baru dalam proses tercipta, Swastika artinya proses alam dalam keadaan stabil serba seimbang dan Pralaya artinya alam dalam proses peleburan menuju sumbernya yaitu sang pencipta.
"Munculnya tanda tapak dara sepertinya mengingatkan warga Bali untuk menegakkan kembali makna simbol tersebut dalam kehidupan. Sebab, penggunaannya ini Bali kian pudar. Penggunaannya boleh pudar tetapi kita tidak boleh pudar memaknai nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari," kata Wiana yang juga dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Denpasar.
Pengertian yang telah mentradisi itu yang mendasari umat hindu di Bali menanggapi goresan misterius yang muncul di pura keluarga (merajan) tempat pemujaan di Bali. "Soal misterius atau tidak munculnya tanda tersebut sebaiknya ditanggapi secara positif. Kejadian itu sebagai suatu kenyataan yang sedang terjadi dan tidak mungkin ditolak. terimalah itu sebagai gejala alam," katanya.
"Tapak dara itu adalah lambang keseimbangan. Ini artinya munculnya "tapak dara" di Bali secara misterius sebagai tanda positif untuk meninggatkan kita (warga Bali) agar selalu bersikap seimbang dan meningkatkan ketaqwaan kepada Sang Hyang widhi Wasa (Tuhan) dengan mengucapkan Mantram Gayatri," demikian Wiana.
(jon)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home