Terimakasih, Step Vaessen
Reporter: Eddi Santosa
detikcom - Den Haag, Luarbiasa solidaritas rakyat Belanda untuk Aceh. Dari Perdana Menteri, Ratu, hingga anak kecil mengucurkan dana. Wartawan NOS Step Vaessen ikut bekerja keras untuk itu. Terimakasih, Step!
Sepanjang hari kemarin (6/1/2004) hingga menjelang jam 00.00, rakyat Belanda melakukan aksi nasional menggalang dana untuk Aceh dan kawasan lainnya yang tertimpa musibah tsunami. Semua dana yang terkumpul dimasukkan ke Giro 555, yang dibuka sejak musibah menimpa.
Aksi puncak dari rangkaian aksi penggalangan dana itu melibatkan seluruh elemen rakyat Belanda, dari rakyat biasa, DJ/penyiar radio, presenter tv, artis, PM JP Balkenende, politisi, mantan PM Wim Kok, walikota seluruh Belanda, hingga para wartawan. Para wartawan berada di barisan depan, yang efektif membentuk opini dan menyentuh hati rakyat Belanda, di antaranya Step Vaessen, koresponden tetap NOS di Indonesia.
Aksi dimulai dengan programa siang hari Radio 555, kolaborasi berbagai macam radio FM terkemuka di Belanda khusus untuk menopang Giro 555. Aksi ini saja sanggup menyentuh publik pendengar untuk beramal, hingga terkumpul 5 juta euro (Rp 63 miliar).
Pada petang hari aksi diteruskan dengan programa interaktif televisi kolaborasi bersama antara televisi publik NOS dengan televisi komersial RTL 4 dan SBS 6. Dari berbagai programma ini terkumpul dana hingga menjelang jam 20.00 sebesar 66 juta euro atau Rp 831,6 miliar.
Klimaksnya adalah acara live bersama dari jam 20.30 hingga 00.00, yang menampilkan para artis di studio dan konser amal di alun-alun Dam, Amsterdam. Para presenter top, musisi, artis, pelawak, semua beraksi untuk amal. Sementara di sisi lain panggung di studio, berjejer puluhan desk yang diawaki para tokoh terkemuka, seperti mantan PM Wim Kok, politisi, hingga para walikota. Bahkan PM Balkenende seusai sesi wawancara langsung membuka jasnya, mengambil tempat di belakang desk dan spontan membantu bekerja. Mereka bertugas melayani telepon dari rakyat Belanda yang ingin memberikan sumbangannya.
Acara dikemas secara random, menampilkan hiburan, klip rekaman bencana, wawancara berbagai tokoh dan rakyat biasa Belanda mengenai bagaimana perasaan dan kesan mereka, dan kontak langsung dengan para koresponden di kawasan-kawasan yang diterjang tsunami.
Koresponden tetap NOS untuk Indonesia, Step Vaessen, pada jam 22.00 melaporkan langsung dari Aceh untuk acara itu. Padahal di Aceh waktu masih berkisar jam 04.00 WIB dinihari. Wajah koresponden enerjik itu masih terlihat sembab, sisa tidur yang cukup pendek, atau bahkan dia belum tidur. Sementara di latar belakang jelas terdengar deru suara genset. Step menyampaikan kepada rakyat Belanda bagaimana dahsyatnya akibat bencana itu. Dia menyentuh dan menggugah hati untuk beramai-ramai menyumbang Aceh.
Menjelang jam 00.00 dana yang masuk tembus 112,14 juta euro (Rp 1,413 triliun). Dari berbagai wawancara terungkap, bahwa para penyumbang itu bukan hanya perusahaan, orang-orang kaya, dan kaum selebritis, tetapi juga hingga anak-anak usia kisaran 9 tahun. Mereka antara lain menggalang dana dengan menggambar bunga di kertas, lalu gambar itu dijual. Gambarnya terlihat tidak terlalu istimewa, namun orang menghargai aksi anak-anak itu dan membelinya. Dana yang terkumpul, 30 euro, disetorkan semua ke Giro 555. Ada pula anak-anak yang mengamen dan hasilnya disumbangkan untuk korban.
Yang mengharukan, ada anak-anak yang dengan telaten menunggui tempat penukaran botol di supermarket-supermarket. Botol-botol itu -karena kebijakan lingkungan- dikenai uang jaminan, agar uangnya tidak terbuang percuma, orang perlu menukarnya di supermarket. Nah, anak-anak itu mengambil alih botol-botol tadi dan uang yang terkumpul disumbangkan ke Giro 555. Banyak cara mereka lakukan untuk menggalang dana untuk membantu Aceh dan kawasan korban tsunami lainnya.
Rasa solidaritas dan perhatian rakyat Belanda hingga ke lapisan anak-anak (generasi penerus) itu sungguh membuat merinding. Mereka begitu terlibat, begitu ikut merasakan. Mereka rela tidak berpesta secara terbuka pada malam tahun baru lalu, tidak ada pesta kembang api. Mereka berkabung, ikut berduka dan menunda pestanya hingga tadi malam, namun dalam suasana amal dan keprihatinan.
Ini sebuah cermin bagi beberapa oknum pejabat Indonesia yang tetap ngeyel melampiaskan hasrat bermalam tahun baru, layaknya usia puber saja. Padahal saat itu sedang puncak-puncaknya rakyat Aceh berduka, mayat-mayat masih bergelimpangan tak terurus, ribuan lainnya yang selamat kelaparan dan kehausan.
Terimakasih rakyat Belanda, dan engkau Step Vaessen: terimakasih banyak. (es)
detikcom - Den Haag, Luarbiasa solidaritas rakyat Belanda untuk Aceh. Dari Perdana Menteri, Ratu, hingga anak kecil mengucurkan dana. Wartawan NOS Step Vaessen ikut bekerja keras untuk itu. Terimakasih, Step!
Sepanjang hari kemarin (6/1/2004) hingga menjelang jam 00.00, rakyat Belanda melakukan aksi nasional menggalang dana untuk Aceh dan kawasan lainnya yang tertimpa musibah tsunami. Semua dana yang terkumpul dimasukkan ke Giro 555, yang dibuka sejak musibah menimpa.
Aksi puncak dari rangkaian aksi penggalangan dana itu melibatkan seluruh elemen rakyat Belanda, dari rakyat biasa, DJ/penyiar radio, presenter tv, artis, PM JP Balkenende, politisi, mantan PM Wim Kok, walikota seluruh Belanda, hingga para wartawan. Para wartawan berada di barisan depan, yang efektif membentuk opini dan menyentuh hati rakyat Belanda, di antaranya Step Vaessen, koresponden tetap NOS di Indonesia.
Aksi dimulai dengan programa siang hari Radio 555, kolaborasi berbagai macam radio FM terkemuka di Belanda khusus untuk menopang Giro 555. Aksi ini saja sanggup menyentuh publik pendengar untuk beramal, hingga terkumpul 5 juta euro (Rp 63 miliar).
Pada petang hari aksi diteruskan dengan programa interaktif televisi kolaborasi bersama antara televisi publik NOS dengan televisi komersial RTL 4 dan SBS 6. Dari berbagai programma ini terkumpul dana hingga menjelang jam 20.00 sebesar 66 juta euro atau Rp 831,6 miliar.
Klimaksnya adalah acara live bersama dari jam 20.30 hingga 00.00, yang menampilkan para artis di studio dan konser amal di alun-alun Dam, Amsterdam. Para presenter top, musisi, artis, pelawak, semua beraksi untuk amal. Sementara di sisi lain panggung di studio, berjejer puluhan desk yang diawaki para tokoh terkemuka, seperti mantan PM Wim Kok, politisi, hingga para walikota. Bahkan PM Balkenende seusai sesi wawancara langsung membuka jasnya, mengambil tempat di belakang desk dan spontan membantu bekerja. Mereka bertugas melayani telepon dari rakyat Belanda yang ingin memberikan sumbangannya.
Acara dikemas secara random, menampilkan hiburan, klip rekaman bencana, wawancara berbagai tokoh dan rakyat biasa Belanda mengenai bagaimana perasaan dan kesan mereka, dan kontak langsung dengan para koresponden di kawasan-kawasan yang diterjang tsunami.
Koresponden tetap NOS untuk Indonesia, Step Vaessen, pada jam 22.00 melaporkan langsung dari Aceh untuk acara itu. Padahal di Aceh waktu masih berkisar jam 04.00 WIB dinihari. Wajah koresponden enerjik itu masih terlihat sembab, sisa tidur yang cukup pendek, atau bahkan dia belum tidur. Sementara di latar belakang jelas terdengar deru suara genset. Step menyampaikan kepada rakyat Belanda bagaimana dahsyatnya akibat bencana itu. Dia menyentuh dan menggugah hati untuk beramai-ramai menyumbang Aceh.
Menjelang jam 00.00 dana yang masuk tembus 112,14 juta euro (Rp 1,413 triliun). Dari berbagai wawancara terungkap, bahwa para penyumbang itu bukan hanya perusahaan, orang-orang kaya, dan kaum selebritis, tetapi juga hingga anak-anak usia kisaran 9 tahun. Mereka antara lain menggalang dana dengan menggambar bunga di kertas, lalu gambar itu dijual. Gambarnya terlihat tidak terlalu istimewa, namun orang menghargai aksi anak-anak itu dan membelinya. Dana yang terkumpul, 30 euro, disetorkan semua ke Giro 555. Ada pula anak-anak yang mengamen dan hasilnya disumbangkan untuk korban.
Yang mengharukan, ada anak-anak yang dengan telaten menunggui tempat penukaran botol di supermarket-supermarket. Botol-botol itu -karena kebijakan lingkungan- dikenai uang jaminan, agar uangnya tidak terbuang percuma, orang perlu menukarnya di supermarket. Nah, anak-anak itu mengambil alih botol-botol tadi dan uang yang terkumpul disumbangkan ke Giro 555. Banyak cara mereka lakukan untuk menggalang dana untuk membantu Aceh dan kawasan korban tsunami lainnya.
Rasa solidaritas dan perhatian rakyat Belanda hingga ke lapisan anak-anak (generasi penerus) itu sungguh membuat merinding. Mereka begitu terlibat, begitu ikut merasakan. Mereka rela tidak berpesta secara terbuka pada malam tahun baru lalu, tidak ada pesta kembang api. Mereka berkabung, ikut berduka dan menunda pestanya hingga tadi malam, namun dalam suasana amal dan keprihatinan.
Ini sebuah cermin bagi beberapa oknum pejabat Indonesia yang tetap ngeyel melampiaskan hasrat bermalam tahun baru, layaknya usia puber saja. Padahal saat itu sedang puncak-puncaknya rakyat Aceh berduka, mayat-mayat masih bergelimpangan tak terurus, ribuan lainnya yang selamat kelaparan dan kehausan.
Terimakasih rakyat Belanda, dan engkau Step Vaessen: terimakasih banyak. (es)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home